SUMEDANG, eljabar.com — Gamelan Sarioneng Parakansalak yang dibuat tahun 1825 dan kini tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU) Yayasan Pangeran Sumedang, akan dimainkan dalam konser musik Orchestra “Impressions Universelles” di Aula Simfonia Jakarta pada Sabtu (11/5/2019) mendatang.
Demikian dikatakan, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumedang Herman Suryatman didampingi Kasubag Humas dan Protokol, Asep Tatang kepada sejumlah awak media di IPP Sumedang, Kamis (9/5/2019).
“Rencananya, gamelan tersebut akan dimainkan dengan musik Debussy disertai dengan tarian tradisional Jawa, tarian tersebut dari sanggar tari Darma Giri Budaya, Wonogiri sehingga, momentum tersebut menjadi pertama kalinya dalam sejarah di Indonesia. Malam konser musik orchestra Impressions Universelles ini, bukan sekedar sebuah perayaan pergelaran pameran dunia di Paris saja, melainkan juga sebuah acara bergengsi yang mengedepankan hubungan bersejarah yang berkesinambungan antara Indonesia dengan Prancis,” terang Herman.
Menurut Herman, malam konser musik orkestra “Impressions Universelles” nanti bertujuan untuk membangkitkan kembali keterpukauan pengunjung ketika gelaran pameran dunia di Prancis, 130 tahun silam. Hal itu, dengan mempersembahkan empat penari muda dari Jawa yang telah membuat dunia barat tercengang. Begitu pula dengan musik tradisional gamelan Sarioneng Parakansalak.
“Jadi, tahun 1889 lalu, Jawa pernah ada di Paris. Sekarang tahun 2019, Paris akan hadir di Jakarta. Pada konser nanti, kita akan menyaksikan bersama dan berbagi sejarah kebersamaan ini melalui musik. Dengan mengenang melalui musik ini, dapat merenungkan kembali sejarah dan perkembangan yang sudah dicapai. Konser ini akan diakhiri dengan paduan suara musik orkestra yang akan memperdengarkan beberapa karya terindah musik Claude Debussy dan Maurice Ravel,” tuturnya.
Berdasarkan sejarahnya, kata Sekda, gamelan Sarioneng Parakansalak itu telah dibawa sampai ke Amsterdam pada tahun 1883. Setelah itu, dibawa dan dimainkan pada pameran dunia di Paris Prancis pada tahun 1889. Selanjutnya, dibawa kembali ke Chicago pada tahun 1893 untuk dimainkan di berbagai kesempatan pameran dunia.
“Kini, gamelan yang bersejarah ini dipajang di Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU) Kabupaten Sumedang yang saat ini dimainkan oleh Yayasan Prabu Sumedang. Gamelan ini lah yang akan dimainkan pada konser Impression Universelles seperti pada saat itu dimainkan pada tahun 1889 pada pameran dunia di Prancis. Pada tahun 2019 ini, kita merayakan hari jadi ke-130 Pameran Dunia yang pernah diadakan pada tahun 1889,” jelasnya.
Selain itu, Herman menjelaskan, pameran tersebut, dulu menjadi sumber inspirasi teramat besar bagi para seniman dunia. Salah satunya seniman terkenal Claude Debussy muda (1862-1918) yang sangat terpukau oleh suara gamelan. Dari mulai suara dan warna, jenis irama, skala nada dan gaya, pola musik yang saling menjalin, semua itu begitu mempesonanya.
“Seniman ini mengembangkan musiknya dan menciptakan jenis musik baru. Kejutan budaya dan dampaknya atas musik barat, telah merubah sejarah musik barat dan membuka terobosan besar di era modern dan abad ke-20. Jadi, begitu bersejarahnya gamelan Sarioneng Parakansalak ini,” pungkas Herman. (Abas)