SUKABUMI, Mbinews.id – Kenaikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Sukabumi, semakin menunjukan angka yang signifikan. Bagai mana tidak, sepanjang Januari hingga Februari 2024 terdapat sebanyak 151 warga terjangkit penyakit mematikan.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Drg Wita Darmawanti menjelaskan, dari ratusan kasus DBD yang ada rinciannya yakni, 129 Januari dan 22 Februari.
“Alhamdulillah pada Februari angka kasus DBD mengalami penurunan drastis jika dibanding pada Januari lalu,” ujar Wita kepada Mbinews.id, Rabu (06/02/2024).
Kendati demikian, lanjut Wita, sejauh ini tidak ada laporan meninggal dunia akibat terjangkit DBD. Sebab itu, Dinkes tidak hentinya berupaya mengendalikan kasus DBD dengan mengajak masyarakat peduli terhadap kesehatan lingkungan di sekitar rumah untuk meningkatkan angka bebas jentik nyamuk (ABJ).
“Saat ini warga lebih banyak meminta dilakukan poging. Padahal, poging merupakan upaya terakhir setelah melakukan seperti, 3M yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk,” ujarnya.
Tak hanya itu, Dinkes juga mendorong masyarakat agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan bisa menimbun atau mendaur ulang limbah barang bekas yang sudah tidak terpakai supaya tidak dijadikan tempat berkembangbiak nyamuk.
“Untuk mencegah dari gigitan nyamuk aedes aegypti warga bisa mengoleskan cairan anti nyamuk di beberapa bagian tubuh saat beraktivitas di dalam dan luar rumah maupun hendak tidur. Mulai menanam tanaman pengusir nyamuk dan melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J),” paparnya.
Wita menambahkan, warga perlu mengetahui seseorang yang mengalami gejala umum terserang DBD. Misalnya saja, mengalami sakit kepala, demam, nyeri pada otot, tulang atau sendi serta mual.
Selain itu muntah, sakit di belakang mata, kelenjar bengkak dan ruam serta pada bagian kulit muncul bintik-bintik merah. Jika ada orang atau keluarga yang mengalami gejala tersebut, segera berobat di Puskesmas atau rumah sakit agar bisa segera ditanggulangi.
“Karena terjadinya kematian pada pasien DBD akibat telat mendapatkan pengobatan dari medis,” pungkasnya. (Ardan/Wan/Mbi)