BANDUNG, MBInews.id – Sebanyak 7.711 anak yang terdiri dari siswa Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung mencatatkan rekor bermain permainan tradisional pada Festival Bandung Ulin, di Stadion Sidolig, Jalan Ahmad Yani, Rabu (28/8/2019). Rekor ini memperoleh penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI).
Acara Festival Bandung Ulin selain dihadiri Plh. Walikota Yana Mulyana juga hadir Kadisdik Kota Bandung Hikmat, Kadisbudpar Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari, SKPD, Dinas tetkait, para Guru, Kepala Sekolah, Tamu Undangan hingga warga masyarakat umum.
Penghargaan diberikan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung atas prestasi Penyelenggara Utama Permainan Tradisional Cingciripit, Surser, dan Perepet Jengkol dengan peserta terbanyak di Indonesia.
Pada acara tersebut juga diberikan penghargaan kepada Wali Kota Bandung, Oded M. Danial atas prestasi sebagai Pendukung Utama Permainan Tradisional Cingciripit, Surser, dan Perepet Jengkol dengan peserta terbanyak di Indonesia pada acara Festival Bandung Ulin.
“Acara ini dapat mengenalkan kembali anak-anak era kini kepada permainan zaman dahulu yang memiliki nilai filosofis kebersamaan, tenggang rasa, dan solidaritas” ungkap Yana Mulyana.
“Permainan ini juga memiliki nilai olahraga. Sehingga bisa mereduksi kedekatan berlebih anak dengan ponselnya,” tambahnya.
Yana Mulyana berharap, permainan tradisonal ini tidak hilang ditelan zaman, karena dengan permainan tradisional, anak-anak akan merasa bahagia tanpa meninggalkan sisi sosialisasinya.
“Kalau anak-anak sekarang dengan permainan di gawainya. Mereka bahagia iya, senang iya, tapi nilai sosialisasinya hilang. Nah, ini yang harus kita hindari,” paparnya.
Hal ini menumbuhkan kecintaan pada anak usia dini pada budaya bangsa sebagai jati diri bangsa yang harus mengakar dan tumbuh pada generasi penerus bangsa dengan tidak pernah melupakan warisan dari nenek moyangnya.
“Festival Bandung Ulin harus terus digalakan untuk mengguggah pada anak-anak kita agar mencintai budayanya sendiri dan jangan sampai tergerus roda zaman dan tekhnologi, acara ini bisa menumbuhkan minat anak untuk mengenal dan mencintai permainan terdahulunya” ungkap Kenny.
Mengenai arus teknologi informasi yang menerpa anak-anak era kini, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Hikmat Ginanjar menyebutkan, sudah menjadi peran masyarakat dewasa (orang tua, guru, serta Disdik Kota Bandung dari pihak Pemerintah) untuk memberikan rambu-rambu agar hadirnya teknologi informasi di dunia anak dapat menghasilkan lebih banyak manfaat.
“Misalnya dengan mengedukasi siswa akan permainan tradisional. Kalau kita lihat, permainan tradisional dalam acara ini mengandung banyak filosofis yang mengajarkan peserta didik cara bersosialisasi,” ujar Hikmat.
“Saat ini Pemkot Bandung melalui Disdik memiliki Kurikulum Masagi. Di dalamnya memberikan stimulan mengenai pendidikan karakter, peduli lingkungan, religius, dan budaya lokal” pungkasnya.(iwan/Koes)