KAB. BANDUNG, MBINews.id – Bupati Bandung HM.Dadang Supriatna sangat mengapresiasi dengan dilaksanakannya Festival Literasi Bedas yang dilaksanakan pada Sabtu 25 Mei 2024 lalu di Lapangan Upakarti Soreang Komplek Pemkab Bandung.
Pada kegiatan Festival Literasi Bedas 2024 itu, bersamaan dengan pemecahan Rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai Kabupaten Bandung yang memiliki Bunda Literasi terbanyak se-Indonesia dengan jumlah 4.620 Bunda Literasi.
“Kegiatan ini sebagai bentuk komitmen kita bersama dalam mendorong tercapainya visi Pemerintah Kabupaten Bandung, khususnya membangun budaya literasi masyarakat,” kata Bupati Bandung didampingi Bunda Literasi Kabupaten Bandung Hj. Emma Dety Dadang Supriatna dan Kepala Dispusip Kabupaten Bandung H. Teguh Purwayadi dalam keterangannya.
Kang DS, sapaan akrab Dadang Supriatna menyebutkan, di era digitalisasi seperti saat ini, membangun budaya literasi memang sangat sulit.
“Perlu kerja keras dan kolaborasi bersama, agar dinamika globalisasi ini bisa kita hadapi bersama. Salah satunya dengan mendukung gerakan literasi dari lingkaran terkecil yaitu keluarga dengan membentuk Bunda Literasi di lingkungan warga untuk mendukung peningkatan kegiatan literasi masyarkat,” katanya.
Bupati Bedas juga menyampaikan penghargaan kepada seluruh jajaran Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Bandung yang terus melakukan inovasi dalam membangun masyarakat Kabupaten Bandung yang literat.
“Tentunya apa yang kita laksanakan telah sejalan dengan misi Pemkab Bandung ke-2, yakni menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan merata. Hal ini sebagai upaya untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dalam meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) masyarakat Kabupaten Bandung, “tuturnya.
Dalam upaya meningkatkan minat baca, imbuhnya, sebagai bentuk strategi pemberdayaan potensi muatan lokal dan peran serta pilar-pilar literasi dalam partispasi mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung yang literat, Bunda Literasi Kabupaten Bandung telah mendirikan Bunda Literasi Kecamatan, Desa dan RW se-Kabupaten Bandung.
“Mereka terdiri dari Bunda Literasi Kecamatan 31 orang, Bunda Literasi Desa 270 orang dan Bunda Literasi Kelurahan 10 orang, serta Bunda Literasi RW 4.308 orang, sehingga total Kabupaten Bandung sudah mempunyai Bunda Literasi sebanyak 4.620 orang,” jelasnya.
Kata orang nomor satu di Kabupaten Bandung ini, hadirnya Bunda Literasi tingkat RW bertujuan untuk memberikan layanan pengetahuan, informasi dan keterampilan masyarakat.
“Dengan harapan memiliki kecakapan dan wawasan luas serta keterampilan yang mampu,” harapnya.
Ia berharap dengan hadirnya Bunda Literasi tingkat RW ini bisa dijadikan tempat untuk mengembangkan minimal dua dari enam komponen literasi. Yaitu literasi baca tulis, literasi sains, literasi digital/teknologi informasi dan komunikasi (TIK), literasi keuangan/finansial, literasi budaya dan kewargaan.
Dikatakannya, pemecahan rekor MURI sebagai Bunda Literasi terbanyak se-Indonesia, harus mampu menjadikan titik tonggak gerakan yang masif di Kabupaten Bandung.
“Mulai dari lini terkecil yaitu lingkungan keluarga, dan lingkungan desa. Diharapkan akan semakin memudahkan untuk memiliki kebiasaan literasi yang baik, yang akan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat,” harapnya.
Kang DS berharap kegiatan yang dilaksanakan Dispusip itu menandakan dukungan bagi optimalisasi SDM yang berkualitas dan memiliki kemampuan berdaya saing, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas tahun 2045.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para Bunda Literasi yang ada di Kabupaten Bandung. Mereka telah berpartisipasi dan terus semangat bersinergi dengan pemerintah selama ini.
“Kepedulian Bunda Literasi itu sejalan dengan misi ke-3 yakni mengoptimalkan pembangunan daerah berbasis partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi kreativitas dalam membingkai kearifan lokal,” katanya.
Bupati juga menyampaikan pesan kepada para peserta Festival Literasi yang hadir saat itu agar dapat menjalankan komitmenya bersama yang telah disepakati, yaitu tersedianya perpustakaan desa, SDM pengelolaan perpustakaan desa di setiap desa dan kelurahan.
Kemudian tersedianya perpustakaan sekolah di setiap desa dan kelurahan. Tersedianya pojok baca di ruang publik baik di ruang posyandu, PKK maupun di desa-desa, tersedianya taman bacaan masyarakat mandiri.
“Tersedianya literasi seni dan budaya, tersedianya literasi kesehatan, tersedianya UMKM berbasis inklusi sosial,” tutupnya.(HEN)