SUKABUMI, MBInews.id – Pelaku UMKM harus terus diberikan edukasi agar cermat dan cerdas dalam mengakses lembaga keuangan yang dinilai serba aman, terutama meningkatkan kemampuan usaha.
Kasubbag Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 2 Jawa Barat, Teguh Dinurahayu, mengatakan, sosialisasi dan edukasi berperan penting untuk meningkatkan kemudahan dan keamanan para pelaku UMKM dalam mengakses lembaga keuangan.
Salah satu tujuannya adalah melindungi masyarakat dari potensi terjadinya permasalahan. Apalagi diakui, masih kerap ditemui adanya sejumlah persoalan atau polemik di masyarakat terkait lembaga jasa keuangan.
“Dari kedua sisi harus menjadi perhatian, baik dari sisi masyarakat sebagai nasabah dan juga dari sisi lembaga keuangan itu sendiri. Lembaga keuangan harus bisa meramu, menjadi kepercayaan, menjaga kehati-hatian.Namun, pada sisi lain juga bisa meningkatkan kemudahan bagi masya-
rakat,” ujar Teguh,
di sela-sela edukasi bertema “Mari Melek Keuangan”, kolaborasi Pikiran Rakyat dengan Bank BTPN Syariah, di Kantor Kecamatan
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Selasa (14/1/2020).
Disebutkan, sejak beberapa waktu
terakhir pemerintah terus berupaya
meningkatkan akses keuangan masya-
rakat di tanah air, serta pemahaman
masyarakat mengenai keuangan itu
sendiri.
Salah satunya bekerja sama dengan
berbagai stakeholder menggelar kegiatan sosialisasi dari edukasi mengenai keuangan ke berbagai daerah dan lapisan masyarakat.
Beberapa hal tersebut di antaranya masyarakat harus memahami besaran
bunga dan risiko sebelum meminjam,
pinjam ke lembaga yang telah terdaftar di OJK, lunasi cicilan tepat waktu, dan pahami kontrak perjanjian.
“Yang paling penting pinjam sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan”.
Semantara itu Business Coach Jabar 3 BTPN Syariah Haspan Fikri mengungkapkam pihaknya dan PR telah lama bermitra seiring kepedulian kedua institusi demi mendukung mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Tatar Priangan.
“Kegiatan ini merupakan kolaborasi BTPN Syariah dengan PR dan diharapkan melalui kegiatan ini pemahaman masyarakat mengenai lembaga keuangan dan keuangan itu sendiri dapat meningkat. Khususnya bisa melihat dan memilih lembaga keuangan yang lebih baik”
BTPN, lanjutnya, lahir di Bandung dan berawal dari kepedulian tokoh Jabar terhadap pensiunan yang umumnya masih produktif. Kemudian baru pada 2010, pihaknya melihat ternyata ada begitu banyak masyarakat yang membutuhkan dukungan permodalan dengan jumlah yang kecil atau maksimal Rp 2 juta. Selama ini kebutuhan permodalan tersebut dilayani oleh koperasi maupun perorangan.
“Melihat hal tersebut kami mencoba memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut melalui unit usaha Syariah. Selain memberikan pembiayaan kami juga memberikan pelatihan, jadi tidak hanya modal berusaha tetapi juga untuk mengenal perbankan,” katanya.
Haspan mengatakan hingga saat ini sudah sekitar 1 juta masyarakat Jabar diberdayakan. Sementara di Sukabumi sendiri sudah sekitar 100.000 masyarakat yang dijangkau.
Pada tahap awal modal yang diberikan sekitar Rp 500.000-2 juta. Kini seiring waktu, usaha dari para nasabah BTPN Syariah tersebut meningkat hingga rata-rata permodalan yang dibutuhkan naik menjadi lima kali lipat bahkan beberapa nasabah mendapatkan pembiayaan diatas Rp 50 juta
“Selain usahanya berkembang, nasabah kami juga memiliki tabungan dengan demikian ada manfaat yang dirasakan masyarakat yang berkelanjutan,” katanya.(Dian/MBI)