BANDUNG, MBInews.id – Pemerintah Kota Bandung akan meluncurkan program pemberian anak ayam kepada siswa sekolah, Program ini merupkan salah satu upaya Pemkot Bandung membangun karakter warga Kota Bandung sejak dini.
Sebagai percontohan, pemberian anak ayam akan diberikan kepada 12 sekolah di Kecamatan Gedebage dan Kecamatan Cibiru.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar menyatakan, program pemberian anak ayam ini menekankan pada proses. Banyak nilai positif yang terbangun dalam proses pemeliharaan unggas.
Gin gin mengungkapkan, menurut hasil survei dan kajian ilmiah dari berbagai literatur menyebutkan memelihara hewan bisa bedampak positif dalam membangun karakter anak. Memelihara hewan bisa memberikan pelajaran soal sikap empati, tanggung jawab dan disiplin.
“Semangatnya membangun karakter anak. Sudah ada penelitian dampaknya dalam memelihara hewan. Kemudian anak tahu persis proses pertumbuhan hewan,” kata Gin gin di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Selasa (19/11/2019).
Pemberian secara simbolis akan dilakukan pada saat acara Bandung Menanam Jilid 1 di kolam retensi Rancabolang Gedebage, 21 November 2019. Sebanyak 2.000 bibit anak ayam yang sudah dipersiapkan Dispangtan akan mulai disebar ke sekolah di Kecamatan Gedebage dan Cibiru.
Sekolah yang menjadi program pemeliharaan anak ayam ini terdiri dari 10 Sekolah Dasar yakni SDN 274 Cempaka Arum, SDN 086 Cimincrang, SDN 215 Rancasagatan, SDN 216 Sondariah, SDN 124 Hanura, SDN 152 Cigagak, SDN 029 Cilengkrang, SDN 153 Taruna Karya, SDN 168 Cipadung, SDN 102 Cikudayasa. Kemudian dua Sekolah Menengah Pertama yaitu SMP 46 dan SMP 54.
“Jadi tidak semua dipaksakan diberikan. Kita bertanya dahulu kepada orang tua dan kepada anaknya. Sudah disosialisasikan dulu cara pemeliharaannya. Jadi calon penerima dan calon lokasinya juga sudah jelas,” ujarnya.
Teknis pelaksanaannya, setiap siswa yang menerima satu ekor ayam kemudian harus membentuk kelompok terdiri dari lima orang. Lima ekor anak ayam tersebut nantinya akan dipelihara secara bersamaan di satu kandang.
“Sebetulnya bukan berfokus kepada ayamnya. Tetapi pada prosesnya ini yang kita amati. Kalau pun nanti terkena penyakit, anak paham penyebabnya. Diharapkan paling tidak bisa sampai bertelur. Llu menetas dan menjadi anak atau sebagian bisa dikonsumsi atau dijual,” bebernya.
Gin gin memaparkan, program ini menjadi bagian dari proses pendidikan dengan memberikan pembelajaran kolaboratif integratif. Karena, setidaknya terdapat lima mata pelajaran yang bersinggungan dengan program ini yaitu IPA, IPS, TIK, Prakarya dan Bahasa Indonesia.
Untuk pembelajaran IPA sudah jelas dari proses pemeliharaan ayam. Sedangkan IPS digunakan untuk menghitung kalkulasi pangan dan kebutuhan selama memelihara. TIK dipakai karena siswa harus mendokumentasikan perkembangan ayam.
Sedangkan Bahasa Indonesia akan dipergunakan saat menyusun laporan atau makalah, serta prakarya siswa diuji dalam membuat kandang ternak.
“Awalnya kandang juga sudah kita siapkan. Tapi kalau kita sediakan kemarin ada masukan dari sekolah justru aspek kreatifitas anaknya tidak ada. Mungkn ini salah satu prakarya, walaupun sederhana dan sebagainya tapi nanti kita kasih pedoman untuk pembuatannya,” ulasnya.
Lebih lanjut Gin gin mengungkapkan kesehatan ayam buras yang hendak dibagikan pun sangat diperhatikan. Sebelum disebar, pihaknya terlebih dahulu memberikan vaksin kepada anak ayam.
“Ayam yang dibagikan yang sudah divaksin, makanya DOC (day Old Chik) yang dibagikan ini usia 4 hari, kemudian dalam 4 minggu. Setelah itu harus divaksin. Itu juga kita siapkan. Makanya kita juga akan beri edukasi bagaimana memahami ciri-ciri hewan yang sakit tandanya dan penanganannya,” katanya.(**mbi)