BANDUNG, MBInews.id – Kabid Seni Budaya Disbudpar Kota Bandung, Sigit Iskandar yang terbiasa dipanggil kang Sigit kembali merasa terenyuh dan sedih atas kejadian banjir dibeberapa kota seperti Bandung, Padalarang, Cimareme di Kabupaten Bandung Barat, Jabotabek dan Banten secara serentak di pulau jawa bagian barat.
Fenomena alam ini bukan sendirinya terjadi tapi ada sebab akibat dari ulah perbuatan manusia kata kang Sigit saat ditemui di Taman Budaya Dago Tea House jalan Bukit Dago Selatan nomor 53A, Bandung, (3/1/2020).
Menyimak kabar berita dari berbagai media online, cetak, televisi hingga kabar WAG sungguh memprihatinkan bencana alam yang hampir serupa yaitu banjir bandang alias banjir bah yang berwarna merah kecoklat-coklatan dari tanah yang tergerus air.
Sepatutnya kita sadar semua bahwa alam marah yaitu berupa bencana tidak lain karena ulah kita pada alam yang merusak dengan menebang pepohonan, membabad bukit dan gunung untuk pengurugan, atas dalih alih fungsi, Insfrastruktur hingga pembangunan tanpa mengindahkan kepatutan dan keharusan pencegahan dalam pelestarian keseimbangan ekosistem dan lingkungan alam terjaga dengan baik.
Untuk alasan apapun seyogyana tetap harus menjaga keseimbangan alam itu terjaga terlebih peduli dengan pertimbangan dan memperhitungkan atas dampak yang akan terjadi jika dilakukan semisal bilamana bukit, gunung dibabad, pepohonan ditebang pada lingkungan sekitar dan pemukiman penduduk disekitarnya.
“Pembangunan KBB yang masiv dimana dulu panorana alam dengan bukit dan gunung begitu asri tapi kini beralih fungsi dengan banyak dibangun pemukiman penduduk, villa dan property yang pastinya membabad bukit, menebang pohon-pohon sangat berdampak nyata terasa terjadi longsor dan banjir akibat tanah tidak memiliki penopang akar kuat dari pohon-pohon tersebut” tutur kang Sigit.
“Banjir bandang di Cimareme KBB kemarin akibat daerah hilir tidak mampu lagi menyerap air hujan oleh pohon yang dialirkan kedalam tanah lewat akarnya dan tanah sangat labil karena daya cengkram akar tidak kuat lagi dan nampak jelas banjir itu membawa tanah yang tergerus oleh air hujan” penjelasan kang Sigit.
“Fungsi akar selain mencengkram tanah dan mengalirkan air kedalam tanah juga untuk memperkuat dan mengikat tanah serta bebatuan yaitu sebagai pondasi alam yang terbangun secara alami, sangat jelas terbukti pepohonan ditebang maka sama saja merusak pondasi alam sehingga kontur tanah menjadi labil bahkan mudah tergerus dan terbawa air hujan dan menimbulkan banjir bandang” ungkap kang Sigit.
“Kasus serupa dialami daerah Jabotabek dimana daerah Bogor diatasnya beralih fungsi dibangunnya property, villa dan pemukiman penduduk yang pasti merambah hutan, pengerukan dan penebangan pohon-pohon terjadi sehingga tidak mampu menahan air hujan terlebih curah hujan yang tinggi” kang Sigit memaparkan lagi.
Jika dikaji atas kejadian-kejadian banjir bandang atau bah yang terjadi dibeberapa daerah yang terjadi atas runtutannya seperti daerah-daerah yang tinggi bahkan daerah pegunungan seperti Cibeureum, Arjasari, Banjaran, Soreang dan Pangalengan juga disebabkan proyek pembangunan property, pemukiman dan alih fungsi lahan lainnya yang sudah pasti terjadi pengerukan dan penebangan pohon-pohon.
Pohon sangat mempunyai fungsi penting sebagai pondasi alam agar tetap terjaga, terawat dan lestarinya lingkungan hidup ini. Jangan sampai kita sarakah dan kelewat batas terhadap alam sedangkan keinginan alam diabaikan bahkan tanpa peduli tanpa alasan membabi buta atas nama egoistis kepentingan proyek-proyekan.
Pohon merupakan fondasi dasar dalam merawat ekosistem, menopang berbagai sendi kehidupan di Bumi. Tanpa pohon, tidak mungkin ada kehidupan di Bumi.
Manfaat pohon sangat banyak bagi manusia dan berbagai jenis makhluk hidup. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut peranan pohon bagi kehidupan :
- Membersihkan udara
Dalam sebuah penelitian di Amerika, disebutkan bahwa pohon diperkotaan mampu menyelamatkan rata-rata satu kehidupan per tahun di tiap kota karena pohon membersihkan udara dari partikel udara yang kotor. Pohon juga sering disebut “paru-paru Bumi” karena oksigen yang dihasilkan bagi seluruh makhluk hidup. - Mengendalikan suhu dan kelembaban
Kamu tinggal di kota? kamu pasti merasakan bagaimana udara kala siang hari. Atau kamu tinggal di pedesaan yang rindang dan ditumbuhi berbagai macam pepohonan, apa yang kamu rasakan? Menanam pohon ternyata dapat mengurangi terciptanya udara panas di perkotaan. Inilah salah satu alasan penting untuk menanam pohon di mana pun tempat tinggal kita. - Pengendali banjir, longsor, dan bencana alam lainnya.
Pohon yang terdapat di hutan daerah dataran tinggi menyimpan sejumlah air yang besar dan akan mengalir menuruni bukit kemudian mengalir di sepanjang sungai. Jika tidak ada pohon, air itu akan mengalir tanpa hambatan karena tidak ada pohon yang turut menyerap air tersebut. - Tempat tinggal satwa.
Fungsi pohon juga digunakan oleh satwa sebagai tempat tinggal dan makanan mereka. Habitat ini mendukung berbagai kehidupan hewan untuk tetap menjaga populasinya agar tidak terjadi kepunahan. - Menciptakan lapangan kerja
Ya, pohon juga ternyata dapat menciptakan lapangan kerja di sektor kehutanan. Pohon tersebut bisa dimanfaatkan menjadi barang atau dalam bentuk lain. Tentunya hal tersebut harus diimbangi dengan pemeliharaan dan penanaman kembali pohon yang sudah diambil.
Selain itu dapat menciptakan lapangan kerja dengan keberadaan wisata alam, seperti saat ini di Indonesia sedang viral tempat wisata dengan tema alam dan tentunya menjadi spot-spot foto yang menarik.
Panjang lebar penjelasan kang Sigit Iskandar untuk kita semua.
“Kasus bencana Lebak Banten Selatan pun yang terdampak longsor dan banjir bandang akibat ulah keserakahan manusia membabad bukit, gunung dan menebang pepohonan” tambah kang Sigit membandingkan.
“Kepada siapapun pihak terkait dan warga masyarakat mari kita bahu membahu menanam kembali hutan yang gundul dengan reboisasi, menanam serentak pepohonan didaerah bukit dan gunung dan segera” ajak kang Sigit.
“Sayangi alam ini maka alam akan membalas sayangnya pada kita dan jangan hanya mengambil keuntungan dari alam tanpa menghiraukan keinginan alam” pungkasnya. (Iwan Rohman)