SUKABUMI,Mbinews.id- Sanggar Seni Wirahma Sunda di Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi tengah merayakan Milangkala atau peringatan ulang tahunnya yang ketiga pada Minggu (5/12/2021) malam lalu. Dalam milangkala tersebut ditampilkan seni tari jaipong, calung, hingga pameran kerajinan dari bambu. Acara tersebut juga turut mengundang pemerintahan setempat, Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi), hingga sesepuh Kampung Budaya Pasir Astana Gunungguruh.
Ketua Sanggar Seni Wirahma Sunda, Apang menjelaskan, acara milangkala ini sebagai bentuk rasa syukur dan napak tilas berdirinya wadah pelestarian seni sunda yang susah payah ia pertahankan. Apank menjelaskan, sebetulnya Sanggar Seni Wirahma Sunda sudah berdiri selama lima tahun dan baru diresmikan dan memiliki legalitas sejak tiga tahun silam.
“Alhamdulillah legalitas sudah beres semua, sudah punya SK juga. Saya sangat berharap pemerintah juga turut andil berperan dalam melestarikan seni sunda bersama sanggar seni ini. Karena kami di sini terus membangkitkan lagi budaya sunda yang sudah lama tergantikan dengan budaya-budaya dari luar. Melalui kegiatan milangkala ini kami ingin ada edukasi pada generasi muda bahwa kita itu orang Sunda, jangan lupa jati diri kita sendiri,” kata Apank kepada Mbinews,id. Rabu, (8/12/2021).
Untuk diketahui, Sanggar Seni Wirahma Sunda berlokasi di Kampung Babakan Bandung Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung. Jaraknya kurang lebih 12 kilometer dari pusat Kota Sukabumi. Di tempat itu, setiap harinya terdapat kegiatan latihan bermusik tradisional sunda, latihan tari jaipong, hingga pelatihan pembuatan berbagai kerajinan dari bambu. Kegiatan-kegiatan itu diikuti oleh anak muda hingga orang dewasa.
“Seni Sunda yang mengkolaborasi dengan seni modern juga diajarkan agar anak-anak muda juga tertarik, turut bergabung dengan sanggar ini. Kita sangat berharap ada regenerasi ke depannya, ya dengan terus menggaet anak-anak muda,” imbuhnya.
Masih kata Apank, untuk kerajinan-kerajinan dari bambu seringkali dibuat menjadi miniatur kapal atau perahu, wadah lampu cempor, gelas, kursi, mainan berbentuk binatang, atau bentuk lainnya yang bisa dibuat menjadi cenderamata. Produk-produk dari bambu itu seringkali dipamerkan pada acara-acara tertentu tingkat kabupaten. Beberapa juga dijual.
“Sekali lagi, kami berharap dari pemerintah turut andil berperan serta yang dimana kini sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah kabupaten. Dari pemerintah desa sudah ada dukungan untuk sanggar seni ini. Kepala desanya juga menjadi penasihat,” pungkas Apang. ardan/wan/mbi