BANDUNG, Mbinews.id – Ketupat merupakan salah satu makanan ikonik pada Hari Raya Idulfitri. Namun tahukah anda jika di Kota Bandung ada salah satu sentra pembuat ketupat dan perajin cangkang ketupat?
Nama kawasannya Kampung Blok Ketupat Bandung. Lokasinya terletak di RW 13 Jalan Caringin, Babakan Ciparay, Kota Bandung. Patokannya tidak jauh dari Pasar Induk Caringin.
Pantauan Humas Bandung, Rabu 27 Februari pukul 11.00 WIB, sejumlah perajin mulai menyiapkan daun kelapa yang hendak dijadikan cangkang ketupat di sepanjang jalan.
Firman, Ketua RT 01 RW 13 Blok Ketupat menyebut, hari ini merupakan persiapan awal diproduksinya cangkang ketupat, sehingga belum banyak cangkang ketupat yang diproduksi.
“Mulai produksinya kebanyakan besok (Kamis, 28 April 2022). Namun beberapa pesanan sudah mulai berdatangan,” ujarnya.
Meski begitu, beberapa perajin ada yang sudah lebih dulu menganyam dan meracik cangkang ketupat. Misalnya keluarga Rohayati. Kegiatan menganyam ketupat di rumah wanita berusia 65 tahun ini sudah berlangsung, bahkan sejak ia masih bayi.
Saat ditanya sejak kapan keluarganya mulai menjadi perajin cangkang ketupat, ia tak bisa memberikan jawaban pasti.
“Waduh, ini mah sudah turun temurun atuh. Dari zaman ibu kecil juga sudah ada (kegiatan produksi cangkang ketupat),” katanya.
Tradisi turun temurun itu kemudian dilanjutkan oleh Rohayati dan enam anaknya. Ia memiliki tiga orang anak perempuan dan tiga orang anak laki-laki.
Mereka saling bahu membahu memproduksi cangkang ketupat. Tiga anak perempuannya memproduksi di rumah, sedang tiga anak laki-lakinya membawa cangkang ketupat untuk dijual di pasar.
“Ada dua jenis (cangkang ketupat). Yang daunnya hijau dan agak putih (hijau muda). Kalau yang hijau, itu biasanya dijual untuk pedagang kupat di Pasar. Belinya ke sini. Kalau yang warnanya putih ini, buat pesanan jelang Idulfitri,” terang Rohayati.
Hari ini saja, ia sudah mendapat sekitar 6.000 ikat pesanan cangkang ketupat. Jumlah 6.000 yang dimaksud bukan berarti 6.000 buah cangkang ketupat, melainkan 6.000 ikat dengan jumlah variatif di tiap ikatnya.
Ada yang seikat berisi 10 cangkang ketupat, ada lagi yang 25 cangkang ketupat, dan juga disesuaikan pesanan pembeli.
Secara keseluruhan, jika dipukul rata, satu rumah produksi di sentra ini bisa menghasilkan hingga seratus ribu buah cangkang ketupat tiap jelang Idulfitri.
Harga yang dibanderol untuk satu ikat cangkang ketupat bervariasi. Untuk satu ikat berisi 10 cangkang misalnya, harganya berkisar antara Rp6-10 ribu. Untuk satu ikat berisi 25 buah cangkang ketupat, harga terendahnya dimulai dari Rp15 ribu.
Produksi Meningkat
Iis (35) yang merupakan putri dari Rohayati mengaku produksi meningkat tiga hingga lima kali lipat tiap menjelang Hari Raya Idulfitri.
Jika pada hari biasa mereka hanya menjual 1.000 hingga 1.500 ikat cangkang ketupat, jumlah itu bisa meningkat hingga 10.000 ikat cangkang ketupat jelang Idulfitri.
Menariknya, fase awal masuk pandemi Covid-19 justru menjadi ladang rezeki bagi mereka. Pasalnya, jumlah orderan yang masuk ke rumah mereka mencapai 30.000 ikat atau tiga puluh kali lipat dari biasanya!
“Itu karena banyak yang enggak jualan. Kalau sekarang sih sudah normal lagi. Ini di kisaran 6.000 pesanan,” terang Iis.
Hanya perlu hitungan jam bagi rumah produksi ini untuk menyelesaikan satu pesanan dari pelanggan. Kata Iis, jika memesan cangkang ketupat siang hari, maka sore hari atau esok pagi, pesanan sudah dapat diambil.
“Kalau pesan di bawah 50 ikat sih dua jam juga selesai,” katanya sembari tertawa.
Ia mengaku sejak kecil, masyarakat di Kampung Blok Ketupat sudah belajar menganyam dan memproduksi cangkang ketupat. Iis mengaku tak ingat sejak kapan ia belajar membuat cangkang ketupat.
Laris Manis di Bandung Raya
Rohayati dan Iis hanya berharap usaha yang mereka jalankan bisa laris manis di pasaran. Sejauh ini, mereka telah menjual cangkang ketupat ke wilayah Bandung Raya dari mulai Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Cimahi, serta Kabupaten Bandung.
“Tadi juga ada yang datang dari Cimahi. Pesan lumayan banyak. Mungkin besok dia baru bisa ambil pesanannya,” kata Iis.
Selain itu, mereka sekeluarga berharap dapat terus diberi kesehatan agar senantiasa melanjutkan usaha yang sudah turun temurun dijalankan keluarganya.
Keduanya menyebut usaha produksi cangkang ketupat ini sebagai usaha nenek moyang dan sebisa mungkin perlu dijaga.
Mereka juga berharap pandemi Covid-19 di Kota Bandung khususnya, cepat berakhir. Dengan begitu, mereka bisa dengan leluasa menjalankan usaha tanpa adanya lagi regulasi pembatasan sosial.
“Semoga cepat beres aja pandemi ini, tentunya,” ucap Rohayati, diamini oleh Iis. (ray-pipi)