CIAMIS, Mbinews – Kantor Bank Sampah Unit (BSU) Kartini, Dusun Majalaya, Desa Imbanagara Raya, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, puluhan ibu-ibu mengenakan kaos biru terlihat menikmati olahraga pada Jumat, 26 Juli 2024. Mereka bergerak dengan gembira mengikuti instruktur senam yang dengan cekatan memperagakan gerakan diiringi musik dengan ritme energik.
Mereka adalah anggota BSU Kartini. yang aktif dari Senin hingga Sabtu, aktivitasnya di gedung hijau oranye tersebut, mulai dari jalan santai, senam, pemilahan sampah, pelatihan pengelolaan sampah, hingga sekadar ‘Ngaliwet’.
Meskipun berfungsi sebagai kantor dan gudang pengolahan sampah, bangunan BSU Kartini terlihat jauh dari kesan kumuh. Suasananya sangat hidup dan ceria. Halaman, kantor administrasi, hingga gudang sampah kering tampak bersih dan tertata rapi.
Lahan di samping kantor BSU Kartini dimanfaatkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini Imbanagara Raya untuk bercocok tanam. Beragam tanaman seperti kangkung, cabai rawit, dan tomat ditanam di sana.
Bantuan fasilitas bank sampah yang lengkap dari BRI juga membuat keaktifan para anggota dan masyarakat sekitar meningkat. Hal ini tentu saja menjadi sesuatu yang disyukuri oleh para pengurus BSU Kartini.
Ketua BSU Kartini, Aan Samsiah, menjelaskan bahwa awal mula pendirian organisasinya dimulai dari sosialisasi Pemkab Ciamis yang mendorong masyarakat untuk mendirikan bank sampah di setiap desa.
SK Bupati Ciamis yang memutuskan bahwa setiap desa harus mendirikan Bank Sampah,” kata Aan.
Tahun 2018, pemerintah Kabupaten Ciamis mendatangi pengurus PKK Desa Imbanagara Raya untuk mensosialisasikan hal tersebut. Namun, pihak PKK sempat menolak karena ketiadaan fasilitas dan modal awal pendirian bank sampah.
Setelah Pemkab datang untuk ketiga kalinya, PKK Imbanagara Raya pun setuju untuk mendirikan BSU Kartini . Tahap awal, melakukan studi banding ke Bank Sampah Alhuda di Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, yang sudah aktif mengelola sampah organik.
Setelah itu, Aan berpikir bagaimana cara untuk menggerakkan ibu-ibu di wilayahnya dalam pembentukan bank sampah. Akhirnya, ia mulai melakukan edukasi dan sosialisasi soal pengelolaan sampah kepada ibu-ibu secara bertahap.
Akhirnya melakukan sosialisasi sambil jalan santai, senam,
Perlahan, kesadaran ibu-ibu terhadap pengelolaan sampah mulai tumbuh. Dari situ, partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan BSU Kartini mulai meningkat.
Kemudian, Aan melakukan terobosan terkait pengelolaan sampah di wilayahnya. Selain jual beli sampah, BSU Kartini juga membuat program tabungan receh, tabungan sampah, tabungan hari raya, budidaya magot, pembuatan kerajinan dari sampah .
Setelah cukup berkembang dan meraih berbagai penghargaan lingkungan atas keberhasilan dalam mengelola sampah, Aan pun mengambil langkah untuk menghidupkan kembali Kelompok Wanita Tani (KWT) Imbanagara Raya pada 2022.
Saat ini, anggota BSU Kartini sudah mencapai 229 orang dengan jumlah nasabah lebih dari 300 orang. Semuanya terdiri dari warga di empat dusun, yaitu Majalaya, Warungkulon, Sukasari, dan Selaawi.
“Padahal awalnya kami (BSU Kartini) hanya punya tujuh orang anggota. Untuk jumlah pengurus sekarang totalnya 22 orang dan semuanya perempuan,” tutur Aan.
Selain itu, saat ini BSU Kartini sudah memiliki kerjasama pengelolaan sampah dengan tiga sekolah, yaitu PAUD Kartini, SMK Bakti Kencana, dan SD Negeri 1 Imbanagara Raya. Sampah dari ketiga sekolah tersebut ditampung dan ditabung di BSU Kartini.
Hasil tabungan tersebut biasanya digunakan sekolah dalam kegiatan akhir semester. Sehingga sekolah tidak harus memungut biaya lagi saat ada acara perpisahan sekolah atau kegiatan lainnya.
Dukungan bantuan BRI Aan menyatakan bahwa semua pencapaian yang saat ini sudah diraih BSU Kartini tidak lepas dari dukungan Pemkab Ciamis dan Bank BRI. Selain pengadaan gedung kantor dan gudang dari pemerintah setempat, BSU Kartini juga menerima bantuan berupa mesin pengolah sampah, insektarium, dan mobil pickup dari BRI pada 2023.
“Dari BRI kami dapat sumbangan berupa mesin press, mesin batako, mesin mencacah magot, furniture kantor seperti rak, insektarium, dan mobil pickup. Nilainya sekitar Rp500 juta. Jujur saja, bantuan dari BRI membuat kami jadi semakin semangat,” ungkap Aan dengan senyum sumringah.
Keberadaan mobil pickup dianggap sangat membantu dalam pengangkutan sampah residu dari rumah warga. Hal ini membuat masyarakat semakin bersemangat dalam mengumpulkan sampah, karena mereka tidak perlu lagi berjalan jauh untuk menyetor sampah ke gudang.
“Tugas nasabah dan anggota hanya mengumpulkan sampah di rumah. Nanti kami yang jemput. Alhamdulillah masyarakat jadi semakin senang, karena jadi dipermudah,” ujar Aan.
Hal tersebut dibenarkan oleh anggota sekaligus pengurus BSU Kartini, Tuti (59). Menurutnya, setelah ada program penjemputan sampah residu ke rumah warga, jumlah nasabah bank sampah jadi semakin bertambah.
Di sisi lain, proses edukasi dan sosialisasi pengelolaan sampah kepada masyarakat pun jadi lebih mudah. “Karena kita jadi lebih sering mengangkut sampah ke masyarakat, jadi makin banyak masyarakat yang teredukasi,” ungkap Tuti, yang juga menjabat sebagai Bendahara BSU Kartini.
Baginya, bergabung sebagai anggota BSU Kartini adalah sebuah berkah. Karena dalam setiap kegiatan, pasti ada kepuasan yang membuat Tuti merasakan kebahagiaan.
“Ada kepuasan bagi saya di sini. Karena saya bisa ikut berperan aktif mengedukasi masyarakat untuk mengolah sampah, sampai banyak yang studi banding ke sini (BSU Kartini). Seperti dari Perusahaan Jepang Rekonai dan Kabupaten Klaten,” ujar Tuti.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Salah satunya melalui upaya sosialisasi pengelolaan sampah dalam program BRI Peduli Yok Kita Gas.
Dari program ini, masyarakat mendapatkan edukasi tentang pengelolaan sampah dan pelatihan penggunaan alat-alat pengelolaan sampah. Di sisi lingkungan, BRI Peduli Yok Kita Gas memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pemilahan sampah baik organik maupun anorganik.
Sampah anorganik dapat diolah menjadi barang-barang bernilai ekonomis. Dalam mendukung pengelolaan sampah tersebut, BRI telah menyalurkan 173 unit bak maggot komunal dan 50 unit kandang Black Soldier Fly (BSF).
“Hasilnya hingga saat ini sudah terkumpul 236.153 kg sampah organik dan 471.323 kg sampah anorganik di bank sampah. Selain itu, juga tercatat sebanyak 6.921,5 kg maggot terjual dan sebanyak 34.739.868 Kg CO2e karbon tereduksi melalui bank sampah,” ungkap Catur.
Sampah anorganik dicacah menggunakan alat pencacah sampah yang disediakan BRI bagi masyarakat. Setelah dicacah, sampah pun dijual kepada pengumpul sampah, sehingga masyarakat memperoleh pendapatan.
Hasilnya, tercatat total tabungan masyarakat yang menukar sampah menjadi uang di bank sampah sebanyak Rp104.420.916 dengan jumlah nasabah bank sampah yang terdaftar sebanyak 8.699 nasabah.**