SUKABUMI, Mbinews.id – Langkah antisipasi pencegahan penambahan penyakit Tuberkulosis (TBC) di Kota Sukabumi melibatkan puluhan relawan. Relawan Pena Bulu yang berasal dari warga sekitar ternyata mampu mendeteksi sejak dini suspeck TBC, Jumat (15/07).
Seperti halnya dilakukan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Selabatu, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, kehadiran para relawan Pena Bulu sangat membantu. Mereka bergerak cepat mendeteksi dan melaporkan warga yang terindikasi terdapat TBC kepihak puskesmas.
“Laporan tersebut langsung ditangani cepat petugas medis, ” ujar Kepala Puskesmas Selabatu, dr. Riska kepada awak media.
Didampingi pemegang program TBC, Tina, Riska mengatakan para relawan yang telah mendapatkan pelatihan di nilai sangat membantu tugas medis.
Terutama mendeteksi sejak awal kasus TBC di wilayahnya.
“Sebelumnya, mereka telah memperoleh pelatihan dan pengetahuan mengenai TBC,” katanya.
Riska mengatakan, kasus TBC di Kecamatan Cikole cenderung terus meningkat. Penambahan suspeck TBC rata-rata perbulan mencapai 20 hingga 30 orang setiap bulannya.
“Sedangkan penambahan positif penderita TBC baru setiap bulan 3 sampai 5 orang. Sehingga jumlah pasien per Juli 2022 mencapai 42 orang, ” katanya.
Dia menambahkan warga terpapar TBC mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan. Terutama pasien berusia dewasa.
Adapun pasien anak, kata Riska, kisaran 5 hingga 8 orang. Mereka pelajar yang memerlukan penanganan medis serius.
“Langkah kami secara rutin memberikan informasi kepada pasien untuk terus mengkonsumsi obat. Termasuk mendatangi pasien kerumah bila terlambat datang berobat ke puskesmas, ” ungkapnya.
Sementara itu, sepanjang Januari hingga Juni 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi mencatat sebanyak 470 warga mengidap penyakit TBC. Bahkan seorang pasien di antaranya meninggal dunia karena penyakit menular tersebut.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Sukabumi Wahyu Hardiana mengatakan, angka kasus TBC di Kota Sukabumi sampai saat ini masih cukup tinggi.
Dirinya menambahkan, pada 2021 saja, jumlah totalnya mencapai 1.288 orang.
“Selama tahun ini, kurang lebih ada 470 orang yang mengidap TBC dan satu diantaranya meninggal. Ini jumlah yang kita tangani,” kata Wahyu.
Dia mengatakan, kematian pasien TBC biasanya diakibatkan oleh terlambatnya penanganan dan tidak rutin mengkonsumsi obat. Menurutnya, pemerintah justru telah menyediakan obat gratis bagi penderita TBC.
Proses pengobatan TBC ini membutuhkan waktu lama yakni sekitar enam bulan dan selama proses itu pasien harus rutin meminum obat, tidak boleh berhenti.
“Kalau telat satu hari saja dapat berisiko resisten obat dan itu akan lebih lama pengobatannya,” ujarnya.
Sementara itu, pengobatan pasien TBC resisten obat di Jawa Barat hanya ada di RSUD Syamsudin SH dan RS Hasan Sadikin Bandung. Oleh sebab itu, bagi penderita TBC harus rutin minum obat setiap hari selama enam bulan.
“Di Kota Sukabumi ada 16 kasus yang TBC MDR atau tidak mempan obat, sehingga pengobatan harus dilakukan di RSUD Syamsudin SH atau RS Hasan Sadikin sampai dua tahun,” ucapnya.
Gejala yang bisa dikenali bagi warga yang terserang TBC di antaranya, batuk secara terus menerus antara dua hingga tiga minggu dan kadang mengalami batuk berdarah. Selain itu nyeri dada dan mengalami sesak nafas
“Di Kota Sukabumi terdapat 15 titik pemeriksaan TBC yakni di tiap-tiap Puskesmas dan rumah sakit. “Kami berupaya maksimal untuk menemukan warga yang mengidap TBC agar segera dapat ditangani,” pungkasnya. (Ardan/Wan/Mbi)